Tumbuhkan Jiwa Kreatifitas, Siswa Membuat Sendiri Batik Tulis dan Ecoprint
Senin, 31 Oktober 2022, sejumlah 75 siswa SMP Negeri 4 Purworejo melakukan kunjungan ke Workshop Batik Dewa Lowano yang beralamat di Dusun Kesambi, Loano. Dalam kegiatan ini, anak-anak berkesempatan untuk praktik membuat batik sendiri.
Teknik batik yang digunakan meliputi batik tulis dan batik cap. Pertama, siswa dibagi menjadi dua kelompok. Untuk siswa putri melakukan pembuatan batik tulis terlebih dahulu. Sementara siswa putra membuat batik cap.
Untuk batik tulis, proses dimulai dari membuat motif. Kemudian anak-anak melakukan proses pencantingan. “Ternyata membuat motif batik itu susah dan butuh kesabaran tinggi. Apalagi ketika harus mencanting, malamnya melebar tidak sesuai gambar pola.”, ujar Rieke siswi SMP N 4 Purworejo ketika ditemui sedang melakukan proses pembuatan motif batik.
Di tempat terpisah, siswa melakukan proses pembuatan batik cap. Berbeda dengan pembuatan motif batik tulis yang harus digambar manual menggunakan canting, proses pengecapan ini bisa lebih cepat, karena motif batik sudah tersedia dalam bentuk cap tembaga. Anak tinggal memilih motif yang diinginkan, kemudian mencelupkan cap tersebut ke cairan malam yang sudah dipanaskan. Cap yang sudah dicelup ke malam tadi kemudian ditempelkan ke kain sehingga membentuk motif batik yang diinginkan.
Rangga salah satu peserta berkomentar bahwa dia lebih suka membuat batik cap. Ia mengungkapkan bahwa membuat batik cap lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan batik tulis. Meskipun begitu, nilai seninya memang lebih tinggi yang dicanting.
Setelah kain dilapisi dengan malam, kain kemudian dicelupkan dalam cairan pewarna. Anak-anak dapat memilih warna yang disukai. Proses terakhir, kain direbus untuk menghilangkan sisa-sisa lapisan malam.
Anak-anak sangat puas dengan hasil batik yang sudah dibuat oleh mereka sendiri. “Bagus banget, tidak menyangka aku bisa bikin batik sendiri.” kata Vega, salah seorang siswi peserta pelatihan.
Haris, sang pemilik Batik Dewa Lowano mengatakan bahwa ini adalah salah satu upaya melestarikan batik sebagai ciri khas asli Indonesia. “Batik itu produk asli Indonesia, kalau tidak ada yang melestarikan, siapa nanti? Ya anak-anak ini, harapannya nanti ada yang tertarik untuk mengembangkan batik di Purworejo.” ujarnya.
Sementara itu di hari kedua, kegiatan dilanjutkan di sekolah dengan membuat batik ecoprint. Bahan yang digunakan adalah bahan syal berukuran 1 meter. Anak-anak Nampak antusias membuat motif batik yang menggunakan bahan alami dari dedaunan.
Proses pembuatan ecoprint ini dimulai dari pencelupan kain ke cairan tawas. Kemudian di atasnya diletakkan berbagai macam dedaunan. Daun-daun ini nanti akan meninggalkan warna dan membentuk motif seperti motif batik.
Herlin, salah satu guru yang mendampingi acara tersebut berkata, “Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan membatik ini. Mereka juga sangat senang karena bisa membuat batik dengan tang mereka sendiri. Saya lihat, hasilnya juga bagus-bagus.”
12,471 total views, 5 views today